Putri, 25th seorang pengusaha muda yang sudah mempunyai perusahaan kopi yaitu CV Karya Semesta. Berbekal keuntungan dari hasil penjualan sebelumnya
dan relasinya dengan para pemilik warung, sekitar tahun 2007, Putri kemudian
memberanikan diri untuk menjual kopi komoditasnya sendiri. Bermodal Rp 200
juta, ia memulai usahanya. Ia meminjam biji kopi yang akan dibayar
belakangan, menyangrai biji kopi tersebut dengan wajan kayu dan tanah liat,
menggilingnya, kemudian ia edarkan ke warung-warung kopi. “Awalnya produk yang
dijual polosan tanpa merk,” ujarnya.
Namun setelah usahanya mulai berkembang, ia mulai
membuat merk sendiri, yang bahkan memiliki identitas berbeda dengan kopi
sejenis yang berbeda di pasaran. Kopi luwak yang dipasarkannya, khusus berasal
dari hewan jantan, karena itu dinamakan Luwak Lanang. Luwak jantan dipilih
karena menurutnya jenis ini memliki enzim yang lebih kuat sehingga menghasilkan
rasa dan aroma yang khas. Tak hanya satu, ia juga melakukan diversifikasi
produk dengan meluncurkan kopi Lanang Landep yang berasal dari biji kopi
berkeping tunggal, dan Gajah hitam dari bjii kopi
berukuran besar.
Usahanya
itu kini telah beromzet miliaran, ia juga telah memiliki sebidang perkebunan
kopi sendiri. Perusahaannya bisa menghasilkan hingga 1,6 ton kopi Luwak Lanang
tiap tahun, dan angka ini belum termasuk produknya yang lain, yang bila
digabungkan bisa mencapai puluhan ton.
Meski
kini telah berujung kesuksesan, perjalanan Putri sejatinya tak selalu berjalan
mulus, bahkan ia sempat berada di titik nadir. Putri pernah ditipu orang dengan
nominal kerugian yang menurutnya bisa digunakan untuk membeli tiga unit mobil
Kijang Innova.
Semua pengalaman dalam membangun bisnisnya ini,
membuat Putri menarik sebuah pelajaran hidup yang berharga, yaitu terus
berusaha meski masalah terus datang silih berganti. "Dalam hidup ini kita tidak
bisa mengarahkan angin, tapi kita masih bisa mengarahkan layar".
2. Nicholas Kurniawan
Nicholas, 20th seorang pengusaha yang sukses dalam bidang eksporter ikan hias.
Sejak usia 8 tahun, Nicholas sudah terbiasa
untuk berjualan makanan, minuman, pakaian, dan masih banyak lagi dan semuanya
tidak berakhir baik. Nicholas tidak mau mengatakan kalau dirinya pernah gagal,
melainkan dia belum menemukan cara yang tepat untuk mencapai kesuksesan. Saat berusia 17 tahun, seorang teman memberikannya
sepaket ikan Garra Rufa, ikan terapi. Nicholas tidak memiliki minat untuk
memeliharanya, dan otak bisnisnya mulai muncul untuk menjualnya. Maka, dia
mulai membuka FJB Kaskus dan membuat akun disana. Hanya dalam beberapa jam,
ikan miliknya berhasil terjual dan banyak orang yang menawarnya. Melihat minat
orang yang besar, maka Nicholas bertanya kepada temannya dimana dia membeli
ikan itu dan akhirnya Ia menemukan supplier. Nicholas menjual ikan – ikan itu di
Kaskus dan mendapatkan untung 2 hingga 3 juta rupiah per bulan.
Berkat usahanya yang serius dan kefokusannya,
Nicholas mendapatkan kepercayaan dari seorang pengusaha. Ia memesan sebanyak
10.000 ekor ikan garra rufa untuk dikirim ke Medan. Kebahagiaan itu tidak
berlangsung lama, karena ada beberapa kesulitan untuk mengirim ke Medan
sehingga akhirnya orderan itu dibatalkan. Ikan sebanyak 10.000 mati satu
persatu karena Nicholas tidak memiliki peralatan untuk menampung ikan sebanyak
itu dan Nicholas harus menanggung kerugian yang cukup besar. Nicholas tidak langsung menyerah ketika Ia
mendapatkan kegagalan pertama. Ia tetap berusaha fokus dengan perkerjaan yang
amat disukainya itu. Saat keadaan yang mulai tenang, Nicholas mendapatkan
kembali orderan dari orang Medan untuk mengekspor ikan pergi ke luar negri tapi
menggunakan nama perusahaannya. Setelah itu, nama Nicholas mulai dikenal oleh
pengusaha dalam negeri maupun luar negeri.
3. Hamzah Ijjulhaq
Hamzah sudah belajar berbisnis mulai usia dini pada waktu kelas 5 SD dengan menjual beberapa macam permainan seperti kelereng, petasan, dan berbagai macam permainan yang disukai anak-anak.
Setelah SMA ia mengikuti seminar tentang wirausaha, sampai saatnya ia bertemu dengan mitra bisnis yang menjual franchise bimbel seharga 175 juta tetapi hamzah tidak punya uang sebesar itu, akhirnya dia meminjam uang ayahnya sebesar 75 juta yang semestinya untuk dibelikan mobil oleh ayahnya. Hamzah memberikan pengertian kepada ayahnya mengenai waralaba yang ia ingin perolehdan berusaha meyakinkan ayahnya bahwa bisnis bimbel yang ia ingin jalankan memiliki prospek yang bagus. Ayahnya pun percaya, lalu memberikan pinjaman kepada hamzah sebgai modal investasi. Hamzah tak salah hitung, bisnis bimbelnya berjalan pesat.
Merasa bisnis bimbelnya sudah mulai stabil dan bisa didelegasikan. Hamzah kini melirik bisnis sofabed. Sebuah perusahaan sofabed yang sudah jalan tiga bulan dia beli dan kembangkan. perkembangannya yang cukup pesat membuat Hamzah bisa mendapatkan omzet 160 juta perbulan.
Hamzah sudah belajar berbisnis mulai usia dini pada waktu kelas 5 SD dengan menjual beberapa macam permainan seperti kelereng, petasan, dan berbagai macam permainan yang disukai anak-anak.
Setelah SMA ia mengikuti seminar tentang wirausaha, sampai saatnya ia bertemu dengan mitra bisnis yang menjual franchise bimbel seharga 175 juta tetapi hamzah tidak punya uang sebesar itu, akhirnya dia meminjam uang ayahnya sebesar 75 juta yang semestinya untuk dibelikan mobil oleh ayahnya. Hamzah memberikan pengertian kepada ayahnya mengenai waralaba yang ia ingin perolehdan berusaha meyakinkan ayahnya bahwa bisnis bimbel yang ia ingin jalankan memiliki prospek yang bagus. Ayahnya pun percaya, lalu memberikan pinjaman kepada hamzah sebgai modal investasi. Hamzah tak salah hitung, bisnis bimbelnya berjalan pesat.
Merasa bisnis bimbelnya sudah mulai stabil dan bisa didelegasikan. Hamzah kini melirik bisnis sofabed. Sebuah perusahaan sofabed yang sudah jalan tiga bulan dia beli dan kembangkan. perkembangannya yang cukup pesat membuat Hamzah bisa mendapatkan omzet 160 juta perbulan.